Minggu,
09 Agustus 2015
Saya
banyak berjumpa dengan para pemakan daging. Bahkan sebenarnya, sebagian besar
orang di dunia ini adalah pemakan daging. Jadi, tak heranlah jika para pemakan
daginglah yang saya jumpai entah sebagai pengajar, pejabat, imam, dan
sebagainya. Dan, orang-orang itu biasanya menjalankan tugas-tugasnya dengan
baik. Mereka bahkan rela korbankan dirinya demi tugas yang diembannya.
Ketika
saya menempatkan hewan sebagai makhluk yang merasa sakit, takut, dan segala
macam perasaan ketika mereka hendak disantap manusia, saya merasa cinta dan
tanggung jawab para pemakan daging ini belum lengkap. Mereka adalah ibu yang
baik, ayah yang baik, pekerja yang baik, tapi mereka belum cukup baik untuk
hewan. Saya mengerti, mereka seperti demikian karena mereka tidak paham. Ketika
saya berusaha untuk membuka pemahaman mereka, sepertinya saya menjadi orang
yang bersemangat untuk menghadirkan rasa sakit, takut dan derita yang dialami
oleh hewan. Dan saya begitu merasa bahwa mereka perlu tahu bahwa hewan-hewan
tidak selayaknya diperlakukan demikian.
Memang,
para vegan-vegetarian belum tentu orang-orang yang baik dan sempurna dalam
mencintai. Bisa jadi mereka tidak makan hewan tapi mengorbankan manusia atas
cara tertentu. Para pemakan daging belum tentu juga orang-orang yang rakus.
Mereka memang makan daging, tapi justru siap berkorban demi sesamanya manusia.
Maka,
ketika hendak membuka pemahaman orang lain terhadap perlakuan yang selayaknya
atas hewan, kebanyakan orang tidak sampai mengerti. Mereka terlanjur merasa
bahwa perlakuan itu sudah sewajarnya dibuat oleh manusia terhadap hewan. Dari
pengalaman saya selama 5 bulan sebagai vegan (memang beberapa kali bolong
sih.....mmmh, sempat minum madu dan makan mentega, roti), saya tidak merasa ada
yang mau menjadi sama seperti saya.
Saya
tidak mau menyerah membawa pesan vegan ini. Sama seperti saya beberapa tahun
yang lalu pernah mendengar pola hidup dan rasa ini, tapi belum langsung
tergerak; demikian juga orang lain. Mereka mungkin tidak langsung menjadi vegan
karena apa yang saya katakan mengenai hewan. Tapi, pada cara selanjutnya yang
dilakukan oleh orang lain, semoga mereka bisa menjadi seperti saya.
Saya
belum menyangka akan menjadi seperti sekarang, ketika bertahun-tahun yang lalu
menerima ajakan dari seorang pemuda untuk menjadi vegetarian. Tapi 5 bulan yang
lalu, ketika saya melihat pidato dari Gary Yourofsky, saya putuskan untuk
menjadi sama dengan dia (mereka).
I
will not give up.
Tapi,
jujur. Ada saat ketika memberi penjelasan, saya menjadi seorang yang berbeda.
Biasanya saya malu, berusaha sabar dan memahami situasi orang. Tapi, ketika
memberi penjelasan saya sepertinya kehilangan kesabaran. Saya yang benar dan
mereka salah. Ada suatu kesombongan yang saya tampilkan, bukannya bela rasa. Bahkan
ada kebencian karena mereka merasa biasa saja dan berpikir sudah sepantasnya
hewan itu diperlakukan sebagai santapan bagi manusia. Jadi, isu yang saya
sampaikan, adalah isu yang kurang mendesak dibanding pengentasan kemiskinan,
pendidikan, perdagangan manusia, narkoba, PILKADA dan sebagainya. Ada juga yang
langsung membandingkan dengan Yesus. Yesus saja makan ikan, mengapa pengikutNya
tidak?
Hello,
. . . . OMG. Kalau mau buat banding-bandingan, mari kita tambah juga supaya
lebih lengkap. Yesus saja tidak menikah, mengapa kita menikah. Yesus saja
gondrong, mengapa anak-anak pria kita berambut pendek. Yesus dibaptis di sungai
Yordan di usia? . .. Mengapa kita
dibaptis di gereja di usia di bawah 1 tahun. Ingat juga! Yesus menghidupkan
orang mati dan menyembuhkan orang sakit. Kalau mau makan ikan seperti Yesus,
sekalian juga hidupkan orang mati dan sembuhkan juga orang sakit!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar