Minggu, 12 Juli 2015
Setiap berjalan sekian meter di
pusat kota, saya menjumpai rumah makan atau restaurant yang menyajikan
rupa-rupa makanan baik yang berbahan dasar hewan maupun tidak. Setiap kali saya
membaca tulisan ayam lalapan, mie
cakalang, sea food, soto, telor, nasi rawon, dsb, saya terpikir pada ayam,
ikan, sapi, dan sebagainya yang pastinya harus mengalami siksaan, ketakutan,
dsb demi memenuhi mulut, lidah dan perut manusia. Untung pikiran ini tidak
sampai pada perasaan saya. Saya memang tidak sakit ketika mereka semua harus
dipelihara, ditangkap, kemudian mengalai pembunuhan. Saya memang masih bisa
makan sayuran dan buah-buahan sendiri di tengah-tengah mereka yang melahap
segala makhluk dalam acara pesta atau syukuran, atau juga acara duka. Saya
tidak seperti Gary Yourosky yang mungkin memiliki rasa yang lebih mendalam dan
memiliki usaha yang lebih keras dalam wadah organisasi animal liberation.
Saya hanya bisa turut berpikir (dan
sebenarnya ingin berseru walau tetap saja diacuhkan) bahwa hewan-hewan ini
memiliki rasa yang sama dengan manusia ketika disakiti, hingga dibunuh.
Bukan hanya manusia yang bisa
merasa sakit dan takut. Hewan-hewan yang disantap, sebelumnya juga
merasakannya. Jika mereka merasakannya, mengapa manusia tetap saja
mengacuhkannya? Apakah makhluk hewan memang diciptakan untuk merasa takut dan
sakit untuk kemudian disantap dan dinikmati manusia? Apakah Sang Pencipta
memang bermaksud untuk rencana yang demikian?
Sementara itu, menurut perhitungan
dan argumentasi para pembela hak hewan, jika semua manusia berhenti
mengkonsumsi hewan dalam bentuk apa saja, masalah kelaparan bisa diatasi
demikian juga dengan pemanasan global.
Saya tidak tahu mengenai kebenaran
argumentasi dan perhitungan mereka. Saya tidak tahu pasti juga bagaimana kaitan
antara hewan – kelaparan – pemanasan global. Yang saya setujui: hewan punya
rasa sakit, hewan mengalami rasa yang sama dengan manusia. Jika demikian,
mengapa manusia hanya memperhatikan rasa antara sesama manusia? Mengapa manusia
hanya menyayangi hewan jika hewan itu satu rumah (kelinci peliharaan, anjing
peliharaan, kucing peliharaan, dsb).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar