Senin, 13 Juli 2015

GURU YOGA HINDU: “YESUS, KAULAH SEGALANYA”

Minggu, 12 Juli 2015          



Kelas yoga yang lengkap, rupanya mengajarkan muridnya untuk bermeditasi. Salah satu yang penting dalam meditasi ialah konsentrasi. Pada hari Minggu pagi, guru yoga lebih menunjukkan bagaimana gerakan yoga yang benar. Itupun diberikan tidak secara intensif, para peserta tidak dituntun satu demi satu.  Jadi, sebenarnya tidak ada bimbingan untuk meditasi.
Pada akhir latihan bersama, kami sempat bincang-bincang dengan guru / instruktur. Salah satu teknik yang diberikannya ialah seorang instruktur keliru jika minta muridnya untuk mengosongkan pikiran ketika bermeditasi. Yang perlu dibuat, dalam tuntunannya, ialah murid diajak untuk mengarahkan pikiran pada Tuhan. Jika muridnya Kristen, dia meminta supaya muridnya mengarahkan pikiran kepada Yesus dan berkata dalam ketenangan batin: “Yesus, Kaulah segalanya bagi saya; Kaulah ketenangan, kebahagiaan . . . . . . .”
Tanpa disadari sang guru yoga (yang bukan Kristen),   telah menempatkan dirinya seperti muridnya yang adalah orang Kristen. Tentu ini tidak masalah bagi sang guru/instruktur yoga. Dia mengerti dan paham siapa Yesus bagi orang Kristen. Suatu pemahaman yang kembali mengingatkan orang Kristen bahwa kita memiliki Yesus yang luar biasa.
Bisa jadi, orang Kristen yang “terkontaminasi”, merasa tidak cukup puas dengan Yesus. Saya maksudkan kontaminasi di sini, ialah orang yang mendapatkan ukuran keluhuran, bela rasa, seakan lebih dalam daripada yang Yesus lakukan dan ajarkan. Coba saja Anda lihat dan rasakan: ada orang yang menjunjung tinggi hak-hak hewan hingga tidak mau menyakiti, mengorbankan, apalagi menyantap hewan. Orang sedemikian, jika dia Kristen, bisa jadi dia tidak akan puas dengan Yesus yang memang menjunjung tinggi martabat manusia tapi tetap mengorbankan babi ketika mengusir setan, atau tetap bersama-sama murid-murid yang adalah nelayan.
Bagaimana bisa seorang Kristen tetap menjunjung tinggi kebebasan hewan sementara Yesus tidak berjuang sedemikian dalam?
Saya pernah beranggapan, bahwa Yesus sungguh luar biasa. Meskipun Dia dahulu memang melakukan hal-hal demi keselamatan manusia, kini kita pun tetap bisa bersandar padaNya jika ingin konsekuen menjadi vegan dan menyuarakan hak hewan. Sayangnya, anggapan ini tidak cukup mengajak orang untuk sadar akan hak-hak hewan. Banyak orang terlanjur berpikir bahwa korban hewan memang sudah sewajarnya. Orang-orang yang sangat baik, penuh perhatian dsb, bahkan tidak bisa sampai pada penghargaan atas hak-hak hewan. Menjunjung tinggi hak sesama manusia adalah suatu kesadaran dan keharusan bagi mereka. Tapi untuk hak-hak hewan.. . ... . .  ? Sorry la yau. .. .. . Jauh, jauh dah. !$@!#$ Itu di luar konteks.

Ingin berontak, teriak, dsb. Tapi, untuk apa?!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar