Minggu, 12 Juli 2015
Kelas yoga yang lengkap, rupanya
mengajarkan muridnya untuk bermeditasi. Salah satu yang penting dalam meditasi
ialah konsentrasi. Pada hari Minggu pagi, guru yoga lebih menunjukkan bagaimana
gerakan yoga yang benar. Itupun diberikan tidak secara intensif, para peserta
tidak dituntun satu demi satu. Jadi,
sebenarnya tidak ada bimbingan untuk meditasi.
Pada akhir latihan bersama, kami
sempat bincang-bincang dengan guru / instruktur. Salah satu teknik yang
diberikannya ialah seorang instruktur keliru jika minta muridnya untuk
mengosongkan pikiran ketika bermeditasi. Yang perlu dibuat, dalam tuntunannya,
ialah murid diajak untuk mengarahkan pikiran pada Tuhan. Jika muridnya Kristen,
dia meminta supaya muridnya mengarahkan pikiran kepada Yesus dan berkata dalam
ketenangan batin: “Yesus, Kaulah segalanya bagi saya; Kaulah ketenangan,
kebahagiaan . . . . . . .”
Tanpa disadari sang guru yoga (yang
bukan Kristen), telah menempatkan dirinya seperti muridnya
yang adalah orang Kristen. Tentu ini tidak masalah bagi sang guru/instruktur
yoga. Dia mengerti dan paham siapa Yesus bagi orang Kristen. Suatu pemahaman
yang kembali mengingatkan orang Kristen bahwa kita memiliki Yesus yang luar
biasa.
Bisa jadi, orang Kristen yang
“terkontaminasi”, merasa tidak cukup puas dengan Yesus. Saya maksudkan
kontaminasi di sini, ialah orang yang mendapatkan ukuran keluhuran, bela rasa,
seakan lebih dalam daripada yang Yesus lakukan dan ajarkan. Coba saja Anda
lihat dan rasakan: ada orang yang menjunjung tinggi hak-hak hewan hingga tidak
mau menyakiti, mengorbankan, apalagi menyantap hewan. Orang sedemikian, jika
dia Kristen, bisa jadi dia tidak akan puas dengan Yesus yang memang menjunjung
tinggi martabat manusia tapi tetap mengorbankan babi ketika mengusir setan,
atau tetap bersama-sama murid-murid yang adalah nelayan.
Bagaimana bisa seorang Kristen
tetap menjunjung tinggi kebebasan hewan sementara Yesus tidak berjuang
sedemikian dalam?
Saya pernah beranggapan, bahwa
Yesus sungguh luar biasa. Meskipun Dia dahulu memang melakukan hal-hal demi
keselamatan manusia, kini kita pun tetap bisa bersandar padaNya jika ingin
konsekuen menjadi vegan dan menyuarakan hak hewan. Sayangnya, anggapan ini
tidak cukup mengajak orang untuk sadar akan hak-hak hewan. Banyak orang
terlanjur berpikir bahwa korban hewan memang sudah sewajarnya. Orang-orang yang
sangat baik, penuh perhatian dsb, bahkan tidak bisa sampai pada penghargaan
atas hak-hak hewan. Menjunjung tinggi hak sesama manusia adalah suatu kesadaran
dan keharusan bagi mereka. Tapi untuk hak-hak hewan.. . ... . . ? Sorry la yau. .. .. . Jauh, jauh dah.
!$@!#$ Itu di luar konteks.
Ingin berontak, teriak, dsb. Tapi,
untuk apa?!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar