Minggu, 14 Juni 2015
Seorang bapak menyatakan bahwa dia memang
banyak kali mendampingi orang-orang yang hendak menikah atau yang ada dalam
permasalahan nikah. Tapi, mengenai panggilan, serahkanlah kepada yang
tergantung di dinding (di salib).
Suatu waktu, Tuhan diam, dan manusia perlu
menatapNya dalam keheningan untuk sadar akan kehendakNya à demikian
pula sang bapak berujar.
Pikiran empiris dan hati yang rada-rada
berontak, seakan membuat saya menjawab: Memang Tuhan selalu diam, dan kitalah
manusia yang menafsirkan kehendakNya.
Suatu jawaban keras, bahkan kasar dari saya, tapi
saya kini tersadar, bahwa Tuhan mungkin diam – tapi bukan berarti Dia tidak
bertindak. Dalam banyak kesempatan saya berseru bahwa Tuhan bertindak. Dalam
banyak hal saya menyatakan Tuhan melakukan karya bukan hanya yang tertulis
dalam KS. Dalam dialog-dialog dengan kaum muslim, saya sering mencobai mereka
dengan bertanya: mana karya Tuhan/Allah dalam hidup mereka. Kebanyakan tidak
bersedia mengungkapkan peran Allah secara pribadi dalam hidup yang mereka
jalani. Sebagai gantinya, mereka mengutip Quran dan Hadits. Hal yang sama juga
terjadi ketika saya bertanya kepada orang Kristen. Jawaban mereka seringkali
tak berbeda: hanya Alkitab dan Sejarah kekristenan yang membedakan jawaban
orang muslim dan orang kristen. (Jika jawaban orang beragama mengenai
pertanyaan saya hanya berupa kutipan-kutipan, wajar saja kalau orang-orang
agnostik makin bertambah. Memang, secara statistik, perkembangan orang yang
memutuskan menjadi agnostik masih di bawah perkembangan umat beriman. Tapi, ini
tetap perlu dicermati)
Rupanya, pertanyaan yang sama kini saya
berikan kepada diri saya sendiri;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar