Kamis, 18 Juni 2015

MENGAPA RELA MENJALANI HIDUP BARU . . .

Minggu, 14 Juni 2015

Malam ini, saya berjumpa dengan seorang bapak. Dia masih menganggap saya seperti orang yang pernah bertugas di gereja ini. Saya mengungkapkan yang sebenarnya meskipun tetap sulit juga untuk menyatakan sama sekali bahwa saya sudah menjadi orang yang “baru”.
Sebagai diri yang bukan lagi seperti “dulu”, saya memang bertanya: hal apa yang membuat saya memang sungguh-sungguh tidak menyesali menjadi diri sebagaimana kini. Dan, salah satu jawaban yang saya peroleh, sesuai dengan browsing saya di internet pada sore hari.

Persephonee Norma Nefzeger Banks. (gannett-cdn.com)
Gambar di atas adalah gadis cilik bernama Persephonee Norma Nefzeger Banks. Saya temukan dia ketika browsing di sore hari. Dia adalah gadis cilik berusia 5 tahun yang sebelum meninggal, mendonorkan beberapa bagian tubuhnya untuk orang yang membutuhkan. Masih ada beberapa orang yang melakukan hal yang sama, tapi intinya, saya ingin menjadi seperti mereka. Keinginan ini, memang sudah ada di benak saya bahkan ketika masih dalam kelompok...
Ketika menemukan orang-orang baru yang telah menjadi pendonor organ, saya kemudian menyadari bahwa alasan inilah juga (ada juga alasan-alasan lain yang lebih awal –baik internal maupun external) yang menyebabkan saya mau menempuh cara hidup yang “baru”.
Di awal keingian saya untuk menjadi pendonor organ, saya juga bersedia menjadi cadaver, jika saat itu tiba. Dan, yang sangat kental dalam diri saya, mungkin ini keinginan saya yang ingin menjadi unik/lain daripada yang lain (entahlah): saya tidak ingin dimasukkan di liang lahat! ***
Wow, suatu niat yang luar biasa. Tapi, menurut Sachiko Mawaddah Lestari, putri tunggal dari almarhum Fitri Mardjono, sesudah “bertugas” sebagai cadaver, ayahnya akan dimakamkan juga. Artinya, kita bisa menjadi pendonor organ sekaligus cadaver (jenazah kita dipakai untuk pelajaran anatomi calon dokter) tapi tetap kita akan dimasukkan ke liang lahat jika sudah tak dibutuhkan lagi.
Sayapun membuat kontak via internet, pihak dokter Gunther von Hagens

Dokter ini memiliki musem “manusia”. Jasad manusia dibentuknya dengan proses plastinasi sehingga memiliki rupa-rupa gerakan dan bentuk; ada yang seperti sedang bermain catur, sepak bola, berkuda, dsb.
He hehe...... Mungkin obsesi saya sudah keterlaluan. Sayangnya, dokter tersebut berada jauh dari sini. Keterlaluan mungkin niat mulia ini, keterlaluan juga niat saya untuk menjadi unik (extraordinary). Tapi, inilah salah satu alasan saya untuk kemudian menerima jalan hidup yang baru.

Jika saya masih dalam cara “lama”, saya akan terikat dengan aturan kelembagaan dan kepemimpinan yang ketat. Dalam kehidupan sekarang, ikatan itu mungkin lebih dekat dengan keluarga. Dan, semoga cita-cita ini bisa terlaksana kelak. Sambil tetap berkarya dalam anugerah kehidupan yang Tuhan percayakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar