Malam ini, saya berjumpa dengan seorang bapak.
Dia masih menganggap saya seperti orang yang pernah bertugas di gereja ini. Saya
mengungkapkan yang sebenarnya meskipun tetap sulit juga untuk menyatakan sama
sekali bahwa saya sudah menjadi orang yang “baru”.
Sebagai diri yang bukan lagi seperti “dulu”,
saya memang bertanya: hal apa yang membuat saya memang sungguh-sungguh tidak
menyesali menjadi diri sebagaimana kini. Dan, salah satu jawaban yang saya
peroleh, sesuai dengan browsing saya
di internet pada sore hari.
Persephonee
Norma Nefzeger Banks. (gannett-cdn.com)
Gambar di atas adalah gadis cilik bernama
Persephonee Norma Nefzeger Banks. Saya temukan dia ketika browsing di sore hari. Dia adalah gadis cilik berusia 5 tahun yang
sebelum meninggal, mendonorkan beberapa bagian tubuhnya untuk orang yang
membutuhkan. Masih ada beberapa orang yang melakukan hal yang sama, tapi
intinya, saya ingin menjadi seperti mereka. Keinginan ini, memang sudah ada di
benak saya bahkan ketika masih dalam kelompok...
Ketika menemukan orang-orang baru yang telah
menjadi pendonor organ, saya kemudian menyadari bahwa alasan inilah juga (ada
juga alasan-alasan lain yang lebih awal –baik internal maupun external) yang
menyebabkan saya mau menempuh cara hidup yang “baru”.
Di awal keingian saya untuk menjadi pendonor
organ, saya juga bersedia menjadi cadaver,
jika saat itu tiba. Dan, yang sangat kental dalam diri saya, mungkin ini
keinginan saya yang ingin menjadi unik/lain daripada yang lain (entahlah): saya
tidak ingin dimasukkan di liang lahat! ***
Wow, suatu niat yang luar biasa. Tapi, menurut
Sachiko Mawaddah Lestari, putri tunggal dari almarhum Fitri Mardjono, sesudah
“bertugas” sebagai cadaver, ayahnya akan dimakamkan juga. Artinya, kita bisa
menjadi pendonor organ sekaligus cadaver
(jenazah kita dipakai untuk pelajaran anatomi calon dokter) tapi tetap kita
akan dimasukkan ke liang lahat jika sudah tak dibutuhkan lagi.
Sayapun membuat kontak via internet, pihak
dokter Gunther von Hagens
Dokter ini memiliki musem “manusia”. Jasad
manusia dibentuknya dengan proses plastinasi
sehingga memiliki rupa-rupa gerakan dan bentuk; ada yang seperti sedang bermain
catur, sepak bola, berkuda, dsb.
He hehe...... Mungkin obsesi saya sudah
keterlaluan. Sayangnya, dokter tersebut berada jauh dari sini. Keterlaluan
mungkin niat mulia ini, keterlaluan juga niat saya untuk menjadi unik
(extraordinary). Tapi, inilah salah satu alasan saya untuk kemudian menerima
jalan hidup yang baru.
Jika saya masih dalam cara “lama”, saya akan
terikat dengan aturan kelembagaan dan kepemimpinan yang ketat. Dalam kehidupan
sekarang, ikatan itu mungkin lebih dekat dengan keluarga. Dan, semoga cita-cita
ini bisa terlaksana kelak. Sambil tetap berkarya dalam anugerah kehidupan yang
Tuhan percayakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar