Kembali dari kebun, sore itu saya menghadiri
ibadah kelompok doa. Ibadah yang penuh keriangan dan keteduhan. ... Hingga
kembali saya mendengar renungan yang ada kaitannya dengan renungan pada Selasa
yang lalu: tentang pencobaan / ujian.
Begitu jujur sang pengkhotbah hingga mengungkapan
pengalamannya sehari-hari. Renungan yang demikian, memang menjadi favorit saya.
Indahnya kejujuran. Tapi kemudian sang pengkhotbah mengungkapkan apa yang saya
akui pada hari Sabtu sebelumnya: saya mengalami cobaan yang begitu kuat untuk
tidak lagi terus menjadi seorang . . . . Saya tidak tahu, entah yang lain sudah
mengetahuinya, atau tidak juga menangkap hal yang sungguh-sungguh benar lewat
sang pengkhotbah. Bagi saya, kalau toh tidak melalui saya langsung, biarlah
mereka mengetahuinya lewat orang atau cara yang lain.
Usai ibadah ini, saya juga tidak memperjelas
apa yang telah diungkapkan oleh pengkhotbah. Yang jelas, mereka toh tetap
menyapa saya seperti cara yang lama. Dan, sayapun diminta untuk membawakan
ibadah duka di rumah salah seorang anggota kelompok doa, sehubungan kematian
ibundanya.
Sayapun bersama-sama kelompok doa ini untuk
menuju rumah duka. Dalam permenungan, saya membawakan suatu renungan yang
jelas-jelas berbeda dari biasanya; karena saya mengungkapkan mengenai kurban
tubuh bahkan ketika sudah meninggal.
Ketika manusia meninggal, sudah menjadi hal
yang umum jika di budaya kita, diadakan upacara pemakaman. Tapi, sekali saya
pernah memimpin acara kremasi. Bahkan, yang saya rindukan ialah bisa memberikan
sebagian tubuh saya sebagai donor untuk orang yang membutuhkan. Sisanya,
dijadikan alat praktikum untuk mahasiswa kedokteran. Inilah yang diistilahkan
dengan cadaver. Selesai dijadikan
alat praktikum, jasad akhirnya dimakamkan. Tapi, saya sebenarnya tak akan
bersedia untuk dimakamkan. Jalan yang terakhir yang bisa dijadikan, ialah
proses plastinasi (mbah google: plastination-dr.Gunther von hagens).
Inilah kurban tubuh yang berharga. Saya
tentunya belum mempersiapkan ini. Ini adalah saat manusia mengalami kematian.
Yang akan saya tempuh dan siapkan saat ini, ialah bagaimana menempuh hidup ini
untuk bisa berkorban dan kemudian dengan percaya diri dan keyakinan,
mengungkapkan keinginan berkorban sedemikian besar: donor organ – cadaver – plastinasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar